Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Atmosfer

    • Pengertian atmosfer : Berasal dari bahasa Yunani, yaitu atmos (uap) dan shpaira (bola/bumi). Jadi, atmosfer mempunyai pengertian selubung berwujud gas yang mengelilingi bumi.
    • Komposisi atmosfer : Atmosfer terdiri dari berbagai macam gas. Ketebalan atmosfer mencapai 10.000 km dari permukaan laut. Makin tinggi, lapisan udara makin tipis. Dalam keadaan kering susunan udara adalah sebagai berikut :
      1. Nitrogen = 78,08%
      2. Oksigen = 21%
      3. Karbondioksida = 0,03%
    • Manfaat Atmosfer Bagi Kehidupan :
      1. Untuk melindungi bumi dari jatuhnya batuan meteor
      2. Memantulkan gelombang radio/TV
      3. Filter sinar ultrviolet matahari
      4. Tempat terjadinya gejala cuaca seperti hujan, angin, awan
    • Cuaca dan Iklim :
      • Cuaca adalah rata-rata keadaan udara pada suatu saat di suatu tempat. Ilmu yang mempelajari cuaca dinamakan meteorologi.
      • Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada tempat yang luas dan dalam waktu yang lama (10–30 tahun). Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi.
    • Unsur-unsur Pembentuk Cuaca dan Iklim :
      1. Suhu
      2. Kelembapan
      3. Curah hujan
      4. Angin
      5. Tekanan udara
      6. Penyinaran matahari
    • Suhu
      • panas dinginnya udara.
      • Alat pengukur suhu disebut termometer.
      • Pada umumnya suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh banyak-sedikitnya panas matahari.
      • Faktor yang mempengaruhi banyak-sedikitnya panas yang diterima bumi antara lain:
        1. Sudut datang matahari
        2. Lamanya penyinaran
        3. Awan
        4. Keadaan tanah
        5. Angin dan arus laut
        6. Relief bumi.
      • Pemanasan udara dibedakan atas:
        1. Langsung
          • Absorbsi: penyerapan radiasi matahari.
          • Refleksi: pemantulan sinar matahari.
          • Difusi: penghamburan sinar matahari.
        2. Tidak langsung
          • Konduksi: penerusan energi.
          • Konveksi: pemanasan udara secara vertikal.
          • Adveksi: pemanasan udara secara horizontal.
          • Turbulensi: pemanasan udara yang tidak teratur.
    • Kelembapan
      • Kelembapan/lengas udara: jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Alat pengukur kelembapan disebut higrometer.
      • Jenis kelembapan :
        • Kelembapan relatif/nisbi: perbandingan jumlah uap air yang dikandung dengan jumlah maksimal uap air yang dapat dikandung pada suhu dan tekanan yang sama.
        • Kelembapan mutlak/absolut: jumlah uap air setiap 1 m3udara (gram/m3).
    • Curah hujan
      • Curah hujan: banyaknya hujan yang jatuh.
      • Faktor yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia
        1. Terletak di daerah tropis.
        2. Banyak terdapat pegunungan tinggi.
        3. Terletak di antara dua samudera.
        4. Dihembus angin muson barat.
      • Jenis-jenis Hujan :
        1. Hujan Zenithal (Hujan Konveksi). Hujan yang disebabkan karena uap air naik secara vertikal. Hal ini disebabkan karena adanya pemanasan matahari dalam jumlah besar sehingga udara renggang kemudian uap air naik biasanya terjadinya di daerah tropis (equator).
        2. Hujan Orografis (Hujan Gunung). Hujan yang terjadi di lereng gunung.
        3. Hujan Frontal (Hujan Depresi). Hujan yang terjadi pada bidang front, yang mana masa udaranya panas naik ke atas massa udara dingin. Hujan frontal sering terjadi di daerah lintang sedang.
        4. Hujan Sinklonal. Hujan yang terjadi karena udara panas naik dan disertai angin siklon. Hujan siklonal terjadi di daerah sedang.
        5. Hujan Musim. Hujan yang terjadi karena angin muson yang lembab naik ke darat atau pegunungan.
    • Angin
      • Angin: udara yang bergerak dari daerah bertekanan tinggi → rendah. Alat pengukur kecepatan angin: anemometer.
      • Hukum Buys Ballot: Angin bergerak dari daerah bertekanan udara maksimum ke daerah bertekanan udara minimum. di belahan bumi utara angin dibelokkan ke kanan dan di belahan bumi selatan, angin dibelokkan ke kiri. Penyimpangan ini disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya (rotasi bumi) yang disebut gaya coriolis.
      • Gerakan udara, ada 3 (tiga), yaitu (1) konveksi adalah perpidahan udara secara vertikal, (2) adveksi, adalah gerakan udara secara horizontal dan (3) turbulensi, adalah gerakan udara yang tidak teratur.
      • Jenis-jenis angin :
        1. Angin Pasat : Angin yang berhembus terus-menerus dari maksimum subtropik utara dan selatan menuju khatulistiwa dan berbias menurut hukum Buys Ballot.
        2. Angin Muson : Angin yang berganti arah setiap enam bulan sekali.
        3. Angin darat, laut, gunung, lembah :
          • Angin darat, bertiup malam hari.
          • Angin laut, bertiup siang hari.
          • Angin gunung, bertiup malam hari.
          • Angin lembah bertiup siang hari.
        4. Angin fohn : angin yang tidak menganduang uap air, sehingga panas dan kering, contoh: Angin gending di Probolinggo dan Pasuruan, Angin bohorok di Deli Serdang, Angin brubu di Sulawesi Selatan, Angin kumbang di Cirebon, dan Angin Wambrau di Pulau Biak dan Papua.
    • Tekanan udara
      • Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara (karena beratnya) kepada setiap luas 1 cm2 bidang datar di permukaan bumi sampai batas atmosfer. Alat pengukur tekanan udara disebut barometer. Semakin tinggi tempat semakin kecil tekanan udaranya.
    • Penyinaran matahari
      • Penyinaran matahari: intensitas sinar matahari yang jatuh ke bumi. Alat pengukur besarnya penyinaran matahari disebut solarimeter.
    • Awan
      • Udara di sekeliling kita banyak mengandung uap air. Tidak terhitung banyaknya gelembung udara yang terbentuk oleh busa laut secara terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air terangkat ke langit. Partikel-partikel yang disebut dengan aerosol inilah yang berfungsi sebagai perangkap air dan selanjutnya akan membentuk titik-titik air. Selanjutnya aerosol ini naik ke atmosfer, dan bila sejumlah besar udara terangkat ke lapisan yang lebih tinggi, maka ia akan mengalami pendinginan dan selanjutnya mengembun. Kumpulan titik-titik air hasil dari uap air dalam udara yang mengembun inilah yang terlihat sebagai awan. Makin banyak udara yang mengembun, makin besar awan yang terbentuk.
      • Jenis-jenis awan berdasarkan ketinggiannya dapat dilihat pada gambar berikut.image

    • Penggolongan Iklim
      • Iklim Menurut Garis Lintang
        1. Iklim tropis = 0o–23½o LU/LS
        2. Iklim subtropis = 23½o LU/LS – 35o LU/LS
        3. Iklim sedang = 35o LU/LS – 66½o LU/LS
        4. Iklim dingin (kutub) = 66½o LU/LS – 90o LU/LS
      • Iklim Koppen
        • Iklim A = iklim hujan tropis: Suhu rata-rata bulan di atas 18oC dan Hujan tahunan tinggi. Terbagi atas:
          1. Iklim Af = iklim hujan hutan tropis.
          2. Iklim Am = iklim muson.
          3. Iklim Aw = iklim sabana.
        • Iklim B = iklim kering: tidak ada surplus air dan tidak dijumpai sungai permanen. Terbagi atas:
          1. Iklim Bs = iklim stepa
          2. Iklim Bw= iklim gurun
        • Iklim C = iklim hujan sedang: Bulan terdingin suhu rata-rata di bawah 10oC, tetapi di atas (–3oC) dan Sekurang-kurangnya satu bulan suhu rata-rata di atas 10oC. Terbagi atas:
          1. Iklim Cw = iklim hujan sedang (musim dingin yang kering).
          2. Iklim Cf =iklim hujan sedang, basah sepanjang tahun.
          3. Iklim Cs =iklim hujan sedang, panas yang kering.
        • Iklim D = iklim hujan bersalju dingin: Suhu rata-rata pada bulan terdingin di bawah –3oC dan Suhu rata-rata bulan terpanas di atas 10oC. Terbagi atas:
          1. Iklim Df = iklim hujan bersalju, basah sepanjang tahun.
          2. Iklim Dw= iklim hujan bersalju, musim kering dingin.
        • Iklim E = iklim kutub (es): Suhu rata-rata pada bulan terpanas di atas 10oC. Terbagi atas:
          1. Iklim ET = iklim tundra (lumut).
          2. Iklim EF = iklim es abadi.
          3. Iklim EH = iklim daerah tinggi (lebih dari 300 m).
        • Penyebaran tipe iklim Koppen
          1. Iklim Af =Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Irian Jaya.
          2. Iklim Am = Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Kepulauan Arum, Kepulauan Kai dan Irian Jaya bagian selatan.
          3. Iklim Aw = sebagian Jawa Tengah bagian timur Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
          4. Iklim Cf = Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
          5. Iklim Cw = di pegunungan-pegunungan Jawa Timur dan Irian Jaya.
          6. Iklim D = di pegunungan salju Iran Jaya.
          7. Iklim E = di Irian Jaya dan puncak-puncak gunung tinggi.
      • Iklim Menurut Junghuhn
        • Junghuhn membagi daerah pegunungan di Jawa menjadi 4 daerah:
          1. Zona panas = 0–650 m. Jenis vegetasi : jagung, padi, kelapa dan tebu.
          2. Zona sedang = 650–1500 m. Jenis vegetasi: sayur-sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh tembakau, coklat.
          3. Zona sejuk= 1500–2500 m. Jenis vegetasi : pinus dan cemara.
          4. Zona dingin = lebih dari 2500. Jenis vegetasi : lumut.
        • Klasifikasi iklim menurut Junghuhn didasarkan pada ketinggian tempat dan vegetasi.
      • Klasifikasi Menurut Schmidt-Ferguson
        • Pada tahun 1951 Schmidt-Ferguson mengadakan pembagian iklim di Indonesia berdasarkan sifat basah dan keringnya bulan (curah hujan). Dalam pembagian iklim digunakan simbol huruf A-H.
        • Untuk menentukan perbandingan bulan kering dan bulan basah digunakan rumus: imageKeterangan:
          1. Bulan kering = bulan yang rata-rata curah hujannya kurang dari 60 mm.
          2. Bulan lembab= bulan yang rata-rata curah hujannya antara 60–100 mm.
          3. Bulan basah = bulan yang rata-rata curah hujannya lebih dari 100 mm.image
      • Iklim Fisis
        • Iklim fisis ialah iklim suatu daerah yang dipengaruhi oleh:
          1. Permukaan bumi.
          2. Angin panas dan dingin.
          3. Arus panas dan dingin.
          4. Relief bumi.

    • Perubahan Iklim Global dan Dampaknya Terhadap Kehidupan
      • Adanya perubahan kondisi iklim dunia terutama meningkatnya temperatur di bumi salah satunya disebabkan oleh aktivitas manusia yang berupa meningkatnya kadar CO2 karbondioksida sebagai hasil pembakaran fosil (sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, di samping CO2, unsur kimia yang dapat menyebabkan terjadinya green house effect (efek rumah kaca) yaitu: chloroflorocarbons (CFC), methane (CH4), nitrous oksida (N2O), ledakan nuklir dan ledakan gunung api.
      • Dampak perubahan iklim global:
        1. Menaikkan suhu permukaan bumi.
        2. Permukaan air laut naik.
        3. Kutub utara dan kutub selatan mencair.
        4. Banjir di daerah pantai.
        5. Adanya penyusupan air asin ke dalam air tanah dan sungai.

Persebaran Curah Hujan Di Indonesia

Indonesia terletak antara 6o LU – 11o  LS dan berbentuk kepulauan sehingga udaranya banyak mengandung uap air. Selain itu, posisi menyebabkan Indonesia memiliki curah hujan yang banyak setiap tahunnya. Rata-rata curah hujan di Indonesia lebih dari dua ribu millimeter per tahun. Namun, jumlah curah hujan tersebut bebeda pada masing-masing tempat. Dapat dikatakan untuk wilayah Indonesia semakin ke timur, curah hujannya semakin berkutang. Ada banyak factor yang menentukan banyak sedikitnya curah hujan pada suatu tempat, yaitu sebagai berikut :
  •    Letak daerah konvergensi antratropik
  •  Bentuk medan, yakni medan yang berbukit-bukit atau gunung yang memaksa angina yang harus naik yang mengakibatkan sebagian uap air yang terkandung dalam angina tersebut jauh sebagai hujan.
  •   Arah lereng medan (ekspolosure), yakni lereng yang menghadap ke arah datangnya angina mendapan hujanyang jauh lebih banyak daripada lereng yang membelakangin arah angina (daerah bayangan hujan) seperti daerah Palu, Sulawesi.
  •   Arah angin yang sejajar dengan garis pantai karena jika angina yang bertiup sejajar dengan garis pantai, suhu tidak akan beurubah sehingga tidak akan terjadi hujan.
  •   Jarak perjalanan angina di atas medan datar. Angin yang membawa uap air adalah angina yang bertiup dari atas perairan ke arah daratan. Jika medan yang dilalui angina tersebut lebar, dengan sifat permukaan yang sama, mungkin hujan akan turun pada daerah yang dekat dengan pantai dan selanjutnya tidak ada hujan lagi.

El Nino dan La Nina

El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.



El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah)


Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya


Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.

Klasifikasi Berbagai Tipe Iklim

Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:

a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).

b. Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Anon, ?).

c. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n) (Anon, ? ; Safi’i, 1995).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).

d. Sistem Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980).

e. Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn
Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitiannya F. Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut.

1.       Zona Iklim Panas
Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0 – 650 meter dan temperatur antara 26,3 °C – 22 °C.
2.       Zona Iklim Sedang
Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650 – 1500 meter dan temperatur antara 22 °C – 17,1 °C.
3.       Zona Iklim Sejuk
Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500 – 2500 meter dan temperatur antara 17,1 °C – 11,1 °C.
4.       Zona Iklim Dingin
Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500 meter dan temperatur kurang dari 11,1 °C. 

Unsur – unsur cuaca dan iklim

Unsur-unsur cuaca iklim terdiri dari :
1. Suhu/temperatur
2. Tekanan undara
3. Kelembaban udara
4. Angin
5. Curah hujan

Suhu adalah derajat panas molekul-molekul di atmosfer. Tingkat suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh

  • sudut datang sinar matahari
Adalah sudut yang dibentuk oleh sinar matahari pada bidang permukaan bumi. Sinar matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang bersifat lurus. Semakin tegak sudut datang sinar matahari maka panas yang diterima akan semakin tinggi, semakin miring sudut datang sinar matahari maka panas yang diterima akan semakin rendah.





  • lama penyinaran
 Intensitas penyinaran matahari di belahan bumi bervariasi tergantung oleh letak lintang. Di daerah tropis seperti Indonesia, penyinaran matahari lebih lama dibanding daerah tropis dan subtropis.



  • relief permukaan bumi
 Semakin datar suatu wilayah maka panas yang diterima akan semakin besar. semakin kasar relief permukaan bumi maka semakin sedikit jumlah panas yang diterima. Selain itu daratan lebih cepat menerima dan melepas panas, sedangkan lautan lebih lambat menyerap dan melepas panas.


  • topografi 
Di troposfer berlaku gradien termis bahwa setiap kenaikan 100 m maka suhu turun rata-rata 0,6 derajat Celcius.


  • banyak sedikitnya awan 
Awan berpengaruh pada penyerapan sinar matahari. Jika di atmosfer banyak terdapat awan maka panas yang diterima bumi akan lebih kecil karena terserap oleh awan.


Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat berubah-rubah.


Kelembaban udara adalah banyak sedikitnya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan waktu tertentu.

Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan maksimum ke daerah tekanan minimun.







Curah hujan adalah intensitas/jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.




Cuaca dan Iklim menurut Para Ahli

  • Menurut Rafi’i (1995). Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu danruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang jugamengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifatumum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
  • Menurut Trewarth and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak,dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yangditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentangiklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan ataunilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.
  • Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklimsebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitasmanusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang.
  • Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpanganiklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia.Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.

Pengertian Iklim dan Cuaca

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.


Cuaca adalah keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cuaca. 

Perbedaan antara iklim dan cuaca:
  • Cuaca wilayahnya sempit, sedangkan iklim wilayahnya luas
  • Cuaca waktu perubahan-nya singkat, sedangkan iklim waktu perubahan-nya cukup lama berkisar antara 30-100 tahun
  • Cuaca bersifat mudah berubah, sedangkan iklim bersifat sulit berubah

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Followers