Total Tayangan Halaman

Total Tayangan Halaman

Persebaran Curah Hujan Di Indonesia

Indonesia terletak antara 6o LU – 11o  LS dan berbentuk kepulauan sehingga udaranya banyak mengandung uap air. Selain itu, posisi menyebabkan Indonesia memiliki curah hujan yang banyak setiap tahunnya. Rata-rata curah hujan di Indonesia lebih dari dua ribu millimeter per tahun. Namun, jumlah curah hujan tersebut bebeda pada masing-masing tempat. Dapat dikatakan untuk wilayah Indonesia semakin ke timur, curah hujannya semakin berkutang. Ada banyak factor yang menentukan banyak sedikitnya curah hujan pada suatu tempat, yaitu sebagai berikut :
  •    Letak daerah konvergensi antratropik
  •  Bentuk medan, yakni medan yang berbukit-bukit atau gunung yang memaksa angina yang harus naik yang mengakibatkan sebagian uap air yang terkandung dalam angina tersebut jauh sebagai hujan.
  •   Arah lereng medan (ekspolosure), yakni lereng yang menghadap ke arah datangnya angina mendapan hujanyang jauh lebih banyak daripada lereng yang membelakangin arah angina (daerah bayangan hujan) seperti daerah Palu, Sulawesi.
  •   Arah angin yang sejajar dengan garis pantai karena jika angina yang bertiup sejajar dengan garis pantai, suhu tidak akan beurubah sehingga tidak akan terjadi hujan.
  •   Jarak perjalanan angina di atas medan datar. Angin yang membawa uap air adalah angina yang bertiup dari atas perairan ke arah daratan. Jika medan yang dilalui angina tersebut lebar, dengan sifat permukaan yang sama, mungkin hujan akan turun pada daerah yang dekat dengan pantai dan selanjutnya tidak ada hujan lagi.

El Nino dan La Nina

El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.



El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar di bawah)


Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya


Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.

Klasifikasi Berbagai Tipe Iklim

Beberapa sistem klasifikasi iklim yang sampai sekarang masih digunakan dan pernah digunakan di Indonesia antara lain adalah:

a. Sistem Klasifikasi Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Safi’i, 1995).

b. Sistem Klasifikasi Mohr
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Anon, ?).

c. Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun pengamatan (n) (Anon, ? ; Safi’i, 1995).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).

d. Sistem Klasifikasi Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zone A, zone B, zone C, zone D dan zone E sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkana angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3 sub 4 dan sub 5.
Zone A dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zone B hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zone C, dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200 mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zone D, hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E, penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang baik. (Oldeman, et al., 1980).

e. Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn
Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitiannya F. Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut.

1.       Zona Iklim Panas
Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0 – 650 meter dan temperatur antara 26,3 °C – 22 °C.
2.       Zona Iklim Sedang
Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650 – 1500 meter dan temperatur antara 22 °C – 17,1 °C.
3.       Zona Iklim Sejuk
Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500 – 2500 meter dan temperatur antara 17,1 °C – 11,1 °C.
4.       Zona Iklim Dingin
Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500 meter dan temperatur kurang dari 11,1 °C. 

Unsur – unsur cuaca dan iklim

Unsur-unsur cuaca iklim terdiri dari :
1. Suhu/temperatur
2. Tekanan undara
3. Kelembaban udara
4. Angin
5. Curah hujan

Suhu adalah derajat panas molekul-molekul di atmosfer. Tingkat suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh

  • sudut datang sinar matahari
Adalah sudut yang dibentuk oleh sinar matahari pada bidang permukaan bumi. Sinar matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang bersifat lurus. Semakin tegak sudut datang sinar matahari maka panas yang diterima akan semakin tinggi, semakin miring sudut datang sinar matahari maka panas yang diterima akan semakin rendah.





  • lama penyinaran
 Intensitas penyinaran matahari di belahan bumi bervariasi tergantung oleh letak lintang. Di daerah tropis seperti Indonesia, penyinaran matahari lebih lama dibanding daerah tropis dan subtropis.



  • relief permukaan bumi
 Semakin datar suatu wilayah maka panas yang diterima akan semakin besar. semakin kasar relief permukaan bumi maka semakin sedikit jumlah panas yang diterima. Selain itu daratan lebih cepat menerima dan melepas panas, sedangkan lautan lebih lambat menyerap dan melepas panas.


  • topografi 
Di troposfer berlaku gradien termis bahwa setiap kenaikan 100 m maka suhu turun rata-rata 0,6 derajat Celcius.


  • banyak sedikitnya awan 
Awan berpengaruh pada penyerapan sinar matahari. Jika di atmosfer banyak terdapat awan maka panas yang diterima bumi akan lebih kecil karena terserap oleh awan.


Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat berubah-rubah.


Kelembaban udara adalah banyak sedikitnya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan waktu tertentu.

Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan maksimum ke daerah tekanan minimun.







Curah hujan adalah intensitas/jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.




Cuaca dan Iklim menurut Para Ahli

  • Menurut Rafi’i (1995). Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu danruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang jugamengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifatumum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
  • Menurut Trewarth and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak,dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman serta suksesi episode cuaca yangditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentangiklim penekanan diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan ataunilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting.
  • Hidayati (2001) mendefinisikan perubahan iklimsebagai perubahan pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitasmanusia yang merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode yang cukup panjang.
  • Menurut Effendy (2001) salah satu akibat dari penyimpanganiklim adalah terjadinya fenomena El-Nino dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia.Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-nina berlangsung.

Pengertian Iklim dan Cuaca

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.


Cuaca adalah keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cuaca. 

Perbedaan antara iklim dan cuaca:
  • Cuaca wilayahnya sempit, sedangkan iklim wilayahnya luas
  • Cuaca waktu perubahan-nya singkat, sedangkan iklim waktu perubahan-nya cukup lama berkisar antara 30-100 tahun
  • Cuaca bersifat mudah berubah, sedangkan iklim bersifat sulit berubah

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Followers